Dewi Fazri

A Daily Life Blog “Menulis adalah memahat peradaban.” ― Helvy Tiana Rosa

  • Home
  • travelling
  • dailyLife
  • Books&Movie
  • Food
dailyLife

Mom-Shaming

By dewi siti nurfazriah - September 09, 2018

Mom shaming

Apasih mom shaming ?
Istilah mom-shaming berarti merendahkan seorang ibu karena pilihan pengasuhannya berbeda dari pilihan-pilihan yang dianut si pengkritik.

"Ko anaknya dikasih sufor ?"
"Ko anaknya dikasih makanan instant sih ?"
"Eh itu gendong bayinya ko begitu ?"
"Anaknya pakai dot ya ? Kasian banget"

Pernah denger kalimat seperti itu ? 
Atau pernah dapet kalimat seperti itu dari orang lain ?
Atau jangan-jangan pernah melontarkan kalimat seperti itu ke orang lain ?

Itulah kalimat-kalimat yang sering diucapkan oleh para pelaku mom shaming. 


Saya pernah kena mom-shaming
Dari mana ? Dari mana mana haha
Lingkungan sekitar
Atau bahkan dari keluarga sendiri
Menyedihkan sekali
Padahal seharusnya sesama ibu kita saling mendukung
Memberi tahu tanpa harus mengkritik seakan akan pola pengasuhan kita itu salah besar 
Setiap ibu pasti punya alasan tersendiri atas keputusan yang diambil untuk keluarganya
Dan pastinya setiap ibu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Lalu perlakuan seperti apa yang saya dapatkan ?
Jadi keluarga saya termasuk keluarga yang pemikirannya sedikit jadul, apalagi dalam hal mengurus anak.
Anak bayi harus pake bedong, anak bayi ga boleh dibawa keluar rumah sebelum 40 hari, anak bayi harus pakai minyak telon  sama bedak, dan banyak lagi aturan-aturan mengurus bayi lainnya.
Sedangkan saya tipe orang yang cukup mengikuti apa yang sedang terjadi, apalagi dalam hal parenting.
Mengupgrade diri tentang pola pengasuhan anak menurut saya sangat penting. Demi menjadi ibu yang baik untuk anak-anak. Begitu pikir saya.
Tapi hal itu bertolak belakang dengan keluarga saya, jadi apapun yang saya lakukan terhadap anak saya, dianggap berlebihan.
Contoh saya ingin ASI eksklusif untuk anak saya, minimal sampai 6 bulan dan kekeuh anak saya diberikan makan itu pada saat 6 bulan.
Tapi keluarga saya tidak berpikiran seperti itu, saat anak rewel, dan tidak berhenti walau sudah diberi ASI tandanya anak masih lapar, harus diberi susu formula atau bahkan pisang kerok kalau perlu.
Kalau dibantah, pasti jawabannya "dulu kamu juga sebelum 6 bulan udah dikasih biskuit, idup aja tuh sampe sekarang" 
Oke deh skakmat
Tapi tetep ko saya pegang prinsip 6 bulan harus ASI ga ada tambahan lainnya.

Kasus lainnya, sewaktu hamil saya selalu membaca buku tentang parenting, bagaimana menjadi seorang ibu. 
Salah seorang anggota keluarga saya bilang "alaaaah itu mah teori, prakteknya anak rewel tetep aja dimarahin" 
Ya Allah salah lagi
Hasil gambar untuk animasi ibu menangis
 tolooooooong
Itu memang benar, buku itu hanya teori. Tapi bagaimana kita bisa praktek tanpa tau teori nya ? Learning by doing ? Tetap harus mengerti teorinya. Tau teori, praktekan dan kemudian kita menemukan teori teori baru untuk diri kita sendiri. Begitu pikir saya.

Dan banyaaaak lagi hal-hal tentang pengasuhan yang menurut mereka saya itu salah dan aneh.
Untungnya saat anak pertama saya berusia 2 bulan, saya pindah ke Palembang. 
Ya jauh dari keluarga besar membuat saya leluasa mengurus anak saya.
Ga takut lagi deh kena mom-shaming

Hmmm tapi siapa sangka kalau setelahnya akan ada netizen dengan segala kesempurnaannya itu hadir dan ternyata bisa menjadi pelaku mom-shaming juga.

Diusia maryam (anak pertama) masih balita, saya harus hamil lagi. Hal itu membuat saya harus menyapih  lebih cepat. Tidak bisa asi eksklusif 2 tahun. Akhirnya saya memberikan maryam susu formula untuk tambahan nutrisinya. 
Tapi namanya juga hidup, tak lengkap kalau belum dinyinyirin. Ada yang memberi teori tentang bahaya susu formula. Yaah seakan akan saya ibu yang meracuni sang anak dengan memberinya susu formula.
Lebih kejam lagi, ibu yang memberikan makanan instan untuk anaknya sama saja dengan memberikan makanan sampah.
Subhanallah  sekali ibu jari para netizen  ini.

Tak sepantasnya mereka berbicara seperti itu. Apalagi kalau dia juga seorang ibu. Harusnya mengerti bagaimana susahnya menjaga anak. Bagaimana pusingnya kalau anak ga mau makan.

Seharusnya memberi informasi itu tidak dibarengi dengan label yang menyudutkan salah satu pihak.

Tak ada yang salah dalam cara mendidik anak
Berbeda bukan berarti kita salah
Karena semuanya kembali lagi kepada masing-masing orangtua
Yang harus kita ingat bahwa orangtua pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya.






  • 0 Comments
  • Share:
Posting Lebih Baru Posting Lama

You Might Also Like

0 komentar

Dewi Fazri


Seorang ibu muda beranak dua. Ibu Maryam dan Athar. Yang ingin berbagi rasa lewat cerita

Follow Us

  • facebook
  • instagram

Recent posts

Label

dailyLife food travelling

Blog Archive

  • ►  2021 (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2020 (18)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (7)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2019 (16)
    • ►  November (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Mei (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2018 (10)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ▼  September (5)
      • Maaf nak, Tak Ada Perayaan Ulang Tahun Untukmu
      • Resep Otak-Otak Goreng
      • Me Time Ala Ibu Dowi
      • Mom-Shaming
      • the reason
Blogger Perempuan

Created with by Beauty Templates | Distributed by Gooyaabi Templates

Back to top