Bukan Sekedar Bisnis

By dewi siti nurfazriah - Maret 31, 2019



Hari ini mumpung Ayah Muti libur kerja, jadinya ngajakin sarapan di sekitaran Lemabang. Pernah lihat "Bubur Ayam Bandung" disekitaran Lemabang ini. Mau coba, seenak yang di Bandung gak sih hehe.

Sedikit cerita tentang Bubur ayam, jadi pertama kali makan bubur ayam di Palembang ini saat sakit . Dibelikanlah bubur oleh Ayah Muti. Pas lihat penampakannya ko aneh ya. Jadi bubur putih ditambah suwiran ayam dan di siram dengan kuah rempah berwarna gelap. Wanginya sih aku suka. Wangi rempah banget. Tapi dari segi rasa, ga cocok di lidah aku. Mungkin karena sudah terbiasa dengan bubur ayam yang ada di Bandung. Jadinya sedikit milih-milih saat beli bubur karena ga semua cocok buat aku (emang picky eater 😅).

Balik lagi ke cerita pagi ini, jadi aku pesan satu mangkuk bubur ayam. Ayah Muti memilih pesan nasi pecel yang ada di sebelahnya. Pas dicobain Alhamdulillah enak. Mirip lah dengan bubur yang biasa di makan saat di Bandung.
Di sela-sela makan, aku ambil tiga buah air mineral kemasan yang disediakan di meja. Satu untukku, satu untuk Ayah Muti, satu lagi untuk Maryam.
Setelah selesai makan tibalah waktu untuk membayar.
"Bang, buburnya satu, air mineral nya tiga. Jadi berapa?"
"Eh air nya gratis" jawab si tukang bubur
"Hah seriusan? Aku ambil tiga lho bang"
"Iya gratis itu"
"Duh jadi ga enak! Jadi semuanya berapa dong?"
"sepuluh ribu aja"

Air mineral gratis?? Dan aku ambil tiga!! Masyaa Allah ga nyangka. Disaat hampir sebagian pedangang memilih menjual air mineral kemasan itu, abang bubur ini menggratiskan. Tanpa sadar, hati ini berdoa untuk kebaikan si abang.

***
Cerita lainnya saat makan siang.
Aku makan siang bersama teman-teman di salah satu tempat makan daerah Kenten (Palembang).
Menu yang ditawarkan sama dengan menu-menu tempat makan pada umumnya. Ada ayam geprek, ayam penyet, ayam bakar, ikan bakar dan bebek. Lalu apa yang membuat berbeda?
Cara pelayanannya. Di tempat ini kita mengambil makanannya sendiri (ala-ala prasmanan). Nasi ambil sendiri, ayam yang sudah digoreng oleh pramusaji juga di ambil sendiri, lalapan dan sambal pun kita ambil sendiri. Jadi ambil sesuai porsi makan kita. Karena kita sendiri yang tahu kan seberapa banyak makanan yang kita butuhkan.
Yang unik juga, nasi dan sambal di tempat ini bisa tambah sesuka hati. Tapi tentunya harus habis ya agar tidak Mubazir.
Masih kurang puas? Free es teh untuk yang makan di tempat, dan bisa refill berkali-kali. Masyaa Allah.
Menurut itung-itungan aku "apa gak rugi ya?"


Tapi inilah orang-orang yang memang tidak hanya sekedar berbisnis. Ada unsur ibadah didalamnya. Niat membantu, niat bersedekah. Lillahi ta'ala.
Mereka percaya bahwa Allah yang mengatur rezeki. Dan saat mereka menebar kebaikan, maka akan ada doa-doa yang mengalir untuk mereka dari orang-orang yang menerima kebaikan mereka.

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ

"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya" (Qs Saba' 39).

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar