80 juta vs 10 juta

By dewi siti nurfazriah - Januari 11, 2019


Surat untuk seluruh perempuan di dunia

Sebenernya aku ini hanyalah ibu rumah tangga biasa. Kalau bukan karena media sosial aku tak akan tahu perkembangan dunia luar. Secara setiap hari televisi dikuasai oleh si anak gadis. Sejak bangun tidur hingga kembali tertidur kartun-kartun menghiasi layar kaca. Jadi jangan pernah tanyakan aku tentang berita perceraian para arris, film apa yang akan tayang di bioskop atau bahkan tentang politik. Aku tidak akan mengerti. Tapi kalian bisa tanyakan tentang kartun apa saja yang yang ada di channel nick junior, disney junior, siapa saja karakternya atau mungkin memintaku untuk menyanyikan opening song dari kartun-kartun itu, aku siap. Aku yakin bisa. Haha


Beberapa hari lalu tersebar di media sosial tentang lawakan 80 juta. Aku tidak mengerti apa maksud dari 80 juta itu. Setelah aku cari tahu, ternyata ada seorang artis tersandung kasus prostitusi. Lebih heboh lagi karena artis tersebut dibayar 80 juta untuk satu kali kencan. Aku juga tidak mengerti apakah kencan disini termasuk berhubungan seksual atau hanya sekedar menemani para lelaki hidung belang.
Sebenarnya hal itu sudah biasa terjadi bukan? Tapi kenaoa jadi heboh? Apa karena dia artis? Atau karena bayarannya yang fantastis?

Netizen pun berlomba-lomba memenuhi kolom komentar media sosial si artis tersebut. Ntah untuk bersimpati, sayangnya lebih banyak mencaci.
Itu juga sudah biasa. Namanya publik figur, sekali dia membuat kesalahan maka para haters tak segan-segan membully nya di media sosial.

Ada yang lucu dari kasus ini, seorang wanita muda melalui akun pribadi membuat sebuah tulisan atas kasus ini.
Aku tidak hanya akan menyebutkan satu bagian yang menurutku ini salah, salah besar. Begini tulisnya :

Ada permintaan, ada penawaran. Hukum pasar dalam bidang ekonomi pasti seperti itu. Dan VA berhasil melampaui hukum pasar tersebut, dia menciptakan pasarnya sendiri. Dia yang memegang kontrol dan otoritas atas harga, bukan konsumennya.

Saya justru penasaran bagaimana VA membangun value/nilai dirinya, sehingga orang-orang mau membayar tinggi di atas harga pasar reguler. Seperti produk Apple Inc. atau tas Hermes-- kita bisa belajar dari sana.

Padahal, seorang istri saja diberi uang bulanan 10 juta sudah merangkap jadi koki, tukang bersih-bersih, babysitter, dll. Lalu, yang sebenarnya murahan itu siapa? *eh

Luar biasa sekali celotehnya. Tidak ada masalah dengan penawaran, harga pasar dan lain sebagainya. Yang jadi masalah kenapa berani membandingkannya dengan seorang istri? 
Dia jelas belum menikah. Setelah dia menulis itu berapa harga yang akan dia tawarkan untuk calon suaminya agar terkesan tidak murahan? 

Menikah itu bukan masalah untung atau rugi, apalagi sampai menganggap murahan para istri hanya karena mendapat mahar yang sedikit atau uang bulanan yang tak seberapa dari suaminya. 
Menjadi seorang istri itu adalah sebuah kewajiban, sebuah tugas mulia, bayarannya langsung dari Allah. Menikah adalah cara kita menjaga kehormatan. Cara Islam untuk memuliakan perempuan. 

Jangan sampai pemikiran nakalmu itu membuat para wanita yang belum menikah memilih menjadi pelacur agar mendapatkan harga yang mahal, yang katanya semakin mahal semakin tinggi harga dirinya

Jangan sampai pemikiran nakalmu membuat para istri mengeluh karena tidak diberikan uang bulanan sebesar yang diinginkan. Merasa murahan. Menjadi tidak ikhkas. Hingga timbullah pertengkaran. 

Jangan sampai pemikiran nakalmu membuat para gadis meninggikan harga mahar, agar tidak dianggap murahan sehingga mempersulit para lelaki untuk mempersuntingnya. 

Sebaik-baik wanita ialah yang paling mudah (ringan) maharnya.

Sekali lagi jangan samakan antara perempuan yang terlibat kasus prostitusi itu dengan para istri. 
Dia bekerja, mendapatkan bayaran atas hasil kerjanya
Kami para istri, menunaikan ibadah dan mendapatkan pahala atas ibadah kami. 

Salam Ibu Maryam dan Athar


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar